Rabu, 03 Juni 2015
Selasa, 26 Mei 2015
UJI T INDEPENDEN
UJI T INDEPENDEN
Analisis komparatif adalah
analisis yang memperbandingkan antara dua variabel atau lebih. Menganalisis
yang membandingkan 2 variabel umumnya menggunakan uji t. Berdasarkan karekteristik dibagi menjadi 2 yaitu uji T berpasangan
(dependen) dan uji t tidak berpasangan (independen). Pada kelompok kami
khusunya akan membahas uji T Independent.
Uji
T independen dilakukan untuk melakukan pengujian
pada dua variabel apabila sampel yang diuji adalah berbeda dan perlakuan yang
diberikan juga berbeda. Independen
maksudnya adalah bahwa populasi yang satu tidak dipengaruhi atau tidak
berhubungan dengan populasi yang lain. Konsep dasar
yang diterapkan dalam perhitungan uji t ini adalah dengan menggunakan nilai variance dari tiap-tiap kelompok
sampel. Hal yang membedakan dengan paired test adalah adanya independensid dari
kelompok sampel serta perlu dilakukannya uji homogenitas (keseragaman variance)
untuk menentukan jenis uji yang nantinya akan digunakan. Sampel independen
biasanya digunakan dalam penelitian yang menggunakan pendekatan penelitian
survey.
Contoh
Uji T Independen
Ibu Mardiyana mengajar di SMPN 1 Kamal
tempatnya di kelas VII-A dan VII-B. Pada proses pembelajaran kelas VII-A
diberikan modul sebagai media pembelajaran, sedangkan dikelas VII-B tidak
diberikan Modul.
Tahap pengujian Uji
T-Independen:
Hipotesis pada uji T
yaitu:
Ho = Tidak terdapat perbedaan signifikan antara …
dengan …
H1 = Terdapat perbedaan signifikan antara … dengan
…
Langkah-langkah menganalisis Uji T Independent dengan SPSS yaitu:
1.
Klik
Analyze
2.
Pilih
Compare means
3.
Piilih
independent sample T test
Kemudian muncul kotak di bawah ini
4.
Memasukkan
variable yang ingin diketahui perbedaannya pada test variable
5.
Masukkan
sample pada grouping variable
6.
Klik define dan isikan
grup 1 dengan angka 1 dan grup 2 dengan angka 2 lalu tekan continue. Maka akan terlihat table berikut ini:
7.
Lalu tekan OK
Cara mengambil keputusan pada hipotesis menggunakan uji independen
1. Dasar pengambilan keputusan 1:
Bila nilai t hitung
statistik < t tabel statistik maka Ho diterima
Bila nilai t hitung statistik ≥ t tabel
statistik maka H1 diterima
2.
Dasar pengambilan keputusan 2:
Bila nilai sig > 0.05 maka Ho
diterima
Bila nilai sig ≤ 0.05 maka H1 diterima
Contoh jurnal yang menggunakan Uji T
Independen
Judul : Perbandingan
antara Pendapatan Rumah Tangga Petani di Subak Daerah Pariwisata dan Non
Pariwisata
E-Jurnal Agribisnis dan
Agrowisata ISSN: 2301-6523 Vol. 2, No. 4, Oktober 2013
Oleh : Melita Isti Septiasari, I Ketut Surya Diarta, dan
Ratna Komala Dewi
Hipotesis
H0 : Tidak
terdapat berbedaan signifikan antara pendapatan rumah tangga petani pariwisata
dan non pariwisata
H1 : Terdapat perbedaan signifikan antara
pendapatan rumah tangga petani pariwisata dan non pariwisata
Interpretasi
output :
Sebelum menentukan adanya perbedaan
yang signifikan atau tidak, tentukan data tersebut homogen atau tidak dengan
melihat nilai sig atau t hitung pada
Lavene’s Test for Equality of Variances.
Berdasarkan table di atas nilai sig = 0,002, karena sig < 0,05 maka
data tersebut tidak homogen.
Data tidak homogen maka nilai sig atau t hitung yang digunakan yaitu yang
sejajar dengan Equal Variances not Assumed. t hitung = 4.003 dengan t tabel =
2,000 dan nilai sig = 0.000 dengan α = 0.05. karena t hitung > t tabel dan
nilai sig < 0,05 maka H1 diterima
dan H0 ditolak. Jadi kesimpulannya yaitu terdapat perbedaan
signifikan antara pendapatan rumah tangga petani pariwisata dan non pariwisata.
MEMBUAT TANAMAN HIBRIDA
[*]MEMBUAT TANAMAN HIBRIDA
Oleh :
Mega Sulfia (140321100016) dan Himma Hadzani
Zulfa (140321100075)
BAB I
A.
Latar Belakang
Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah
satu tantangan yang harus dihadapi oleh sektor pertanian khususnya bahan pangan
karena besarnya jumlah penduduk berpengaruh langsung dengan penyediaan pangan
seperti padi (beras), jagung, sayur-sayuran, buah-buahan, bahkan hewani. Pada
tahun 2010, pemerintah menggalakkan aksi impor beras sebesar 171.442,02 ton
guna memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Namun hal ini, akan memberikan
dampak ketergantungan terhadap bahan pangan impor yang kemungkinan dapat
menyebabkan rentannya ketahanan pangan dan aspek kehidupan termasuk sosial,
ekonomi, dan politik.
Untuk
mencegah hal tersebut, pemerintah membuat program guna meningkatkan produksi
bahan pangan yaitu penggunaan benih varietas unggul hibrida. Penggunaan benih
hibrida lebih menguntungkan dan menonjol dibandingkan dengan benih biasa. Dari
segi pertumbuhannya benih hibrida dapat menghasilkan tanaman dengan pertumbuhan
dan waktu panen yang seragam.
Selain
itu benih hibrida dapat beradaptasi dengan keadaan lingkungannya seperti iklim
maupun tanah serta tahan terhadap ancaman penyakit dan hama. Produktivitas
benih hibrida juga lebih tinggi dari benih biasa. Hal ini erat kaitannya dengan
sifat yang diturunkan benih hibrida tersebut sebagian
besar lebih mengutamakan peningkatan produksi khususnya untuk memenuhi
kebutuhan pangan dalam negeri.
BAB II
A.
Pengertian Hibrida
Di dalam
dunia pertanian sering kita menjumpai istilah hibrida, lalu apa pengertian
hibrida sebenarnya? Hibrida
adalah generasi keturunan pertama (f1) dari suatu persilangan tanaman yang berbeda secara
genetik. Varietas hibrida adalah varietas yang dikembangkan dari hibrida f1
dan menggunakannya sebagai tanaman produksi. Dalam refrensi lain, Hibrida (hybrid) adalah
individu hasil perkawinan secara alami atau sengaja antara dua jenis tumbuhan
dalam satu famili, baik antar marga maupun antar jenis dalam satu marga
sehingga memunculkan sifat-sifat unggul. Jadi benih hibrida merupakan benih
hasil persilangan antara dua varietas tanaman sejenis yang berbeda sifat
induknya untuk didapatkan sifat unggul dari masing-masing induknya.
Misalnya Durian monthong memiliki
sifat biji buah yang kecil, daging buah yang tebal, dan bau yang tidak
menyengat. Sedangkan durian biasa memiliki biji buah yang besar, daging buah
yang tipis, dan bau yang menyengat. Hal ini dapat menjadi buah durian yang
unggul apabila kedua sifat buah unggul tersebut digabungkan atau disilangkan.
Sehingga menghasilkan buah durian unggul yang banyak digemari masyarakat.
Proses untuk mendapatkan varietas
unggul dari dua varietas tanaman yang sejenis yang berbeda sifat induknya
tersebut sangatlah panjang, bahkan sering kali dijumpai dengan kegagalan.
Diantaranya proses purity (kemurnian), kemampuan adaptasi tumbuh, dan pengujian
multilokasi. Proses yang panjang ini membutuhkan biaya yang besar sehingga
wajar apabila harga benihnya lebih mahal dari pada benih lokal produktivitas
rendah maupun komposit.
B. Mekanisme Pembentukan
Hibrida
Varietas
hibrida merupakan generasi pertama (F1) hasil persilangan antara tetua berupa
galur inbrida atau varietas bersari bebas yang berbeda genotipe. Hal yang perlu
dilakukan dalam pemuliaan varietas hibrida adalah pembuatan galur inbrida,
yakni galur tetua yang homozigot melalui silang dalam (inbreeding) pada tanaman
menyerbuk silang. Dalam pembuatan varietas hibrida dua galur yang homozigot
disilangkan dan diperoleh generasi F1 yang heterozigot, kemudian ditanam
sebagai varietas hibrida.
Terdapat
tiga langkah dalam pembentukan varietas hibrida:
1. Membentuk
galur inbrida, secara normal dengan melakukan beberapa generasi silang dalam
(inbreeding) pada spesies tanaman menyerbuk silang.
2. Penilaian
galur inbreeding berdasarkan uji daya gabung umum dan daya gabung khusus untuk
menentukan kombinasi-kombinasi varietas hibrida.
3. Menyilangkan
pasangan galur murni yang tidak berkerabat untuk membentuk varietas hibrida F1.
Galur murni
dihasilkan dari penyerbukan
sendiri hingga diperoleh tanaman yang homozigot. Galur
murni dapat terjadi apabila persilangan dalam suatu galur antara 2
individu menghasilkan keturunan dengan penampilan standar yang sama dengan
tetuanya. Dengan penyerbukan
sendiri, terjadi segregasi, penurunan vigor, kemampuan tumbuh dan berproduksi. Selain mengalami penurunan vigor individu tanaman yang diserbuk sendiri menampakkan berbagai kekurangan, seperti
tanaman bertambah pendek, cenderung rebah, peka terhadap penyakit, dan
bermacam-macam karakter lain yang tidak diinginkan. Munculnya fenomena-fenomena
tersebut dikenal dengan istilah depresi silang dalam atau inbreeding depression (Suwardi,
2009).
Tujuan penyerbukan sendiri
adalah untuk mengatur karakter-karakter yang diinginkan dalam kondisi homozigot
sehingga genotipe tersebut dapat dipelihara tanpa perubahan genetik. Karakteristik yang diinginkan dari galur
murni, seperti batang yang kuat dan ketahanan terhadap penyakit,
diwariskan kepada progeni hibrida ketika galur-galur
murni tersebut disilangkan.
Macam-macam pembentukan hibrida yang sudah digunakan
secara komersil, yaitu hibrida
silang tunggal (single cross hybrid), hibrida silang ganda (double cross
hybrid), dan hibrida silang tiga (three-way cross hybrid).
1.
Hibrida silang tunggal (single cross
hybrid)
Hibrida silang tunggal adalah hibrida dari persilangan antara dua galur
murni yang tidak berhubungan satu sama lain. Silang tunggal yang superior
mendapatkan kembali vigor dan produktivitas yang hilang saat
penyerbukan sendiri serta akan lebih vigor dan produktif
dibandingkan dengan tetuanya. Disamping memiliki hasil
yang tinggi, hibrida silang tunggal lebih seragam
dan produksi benihnya relatif lebih mudah dibandingkan dengan hibrida silang
tiga galur dan silang ganda.
2.
Hibrida silang ganda
(double cross hybrid)
Hibrida silang ganda adalah
progeni hibrida dari persilangan antara dua silang tunggal. Silang ganda
melibatkan empat galur murni yang tidak berhubungan satu sama lain.
Pasangan galur murni disilangkan sehingga membentuk dua silang tunggal,
kemudian disilangkan untuk menghasilkan silang ganda. Hibrida silang
ganda yang dihasilkan dari galur murni A, B, C, dan D dapat ditulis sebagai (A
x B) x (C x D).
3. Hibrida
silang tiga (three-way cross hybrid)
Hibrida silang tiga adalah hibrida dari persilangan
antara silang tunggal dengan satu galur murni. ketiga galur murni tidak
berhubungan sehingga lebih berbeda secara genetik dan penampilannya lebih
beragam. Hibrida silang tiga yang dihasilkan dari galur
murni A, B, dan C dapat ditulis sebagai (A x B) x C.
C. Pembuatan Benih Hibrida
Pembuatan
benih hibrida secara konvensional di kelompokan menjadi dua diantaranya sebagai
berikut.
1.
Cross Pollinated Crop
Tahapannya
:
Ø
Kastrasi/Detasseling
Ø
Pollinasi buatan
Ø
Isolasi bunga betina
Ø
Isolasi jarak dan waktu tanam
Ø
Sinkronisasi pembungaan
2.
Self Pollinated Crop
Tahapannya :
Ø
Kastrasi dan emaskulasi
Ø
Isolasi bunga betina
Ø
Polinasi (penyerbukan
buatan)
Ø
Pemeliharaan
Ø
Panen dan penanganan benih
F1
v Pembuatan Benih Hibrida secara umum sebagai berikut.
Ø Semai
Ø Persiapan Tanam
Ø Tanam
Ø Training
Ø Polinasi
Ø Cek Hasil Polinasi
Ø Panen
Ø Curing
Ø Ekstrak
Ø Cuci
Ø Drying
Ø Quality Control
Ø Processing
Ø Sample Seed
Ø
Purity Test
Pembuatan
benih hibrida secara non-konvensional yaitu sebagai berikut.
1. Self
Pollinated Crop
Ø
Cytoplasmic Genetic
Male Sterility disebabkan oleh
interaksi antara faktor genetik yang ada di sitoplasma dan inti
Ø
Environment-Sensitive
Genetic MS penampilan sterilitas
ditentukan oleh faktor lingkungan (PGMS, TGMS)
Ø
Chemically-Induced
Male Sterility non-genetic method,
dengan menggunakan Chemical Hybridizing Agents (CHA) atau gametocides (ethrel,
Monosodium Methyl Arsenate,Sodium Methyl Arsenate).
v Pembuatan Benih Hibrida Pada Jagung
Tanaman
jagung mempunyai komposisi genetik yang sangat dinamis karena cara penyerbukan
bunganya menyilang. Shull (1908)
yang pertama kali menemukan bahwa silangan sendiri tanaman jagung mengakibatkan
terjadinya depresi inbreeding dan silangan dua tetua yang homozigot
menghasilkan F1 yang sangat vigor. Jones
(1918) melanjutkan penelitian tentang adanya gejala lebih vigor tanaman F1
jagung tersebut yang selanjutnya memanfaatkannya pada bentuk varietas hibrida tanaman
jagung. Pemanfaatan varietas jagung hibrida di Amerika Serikat dimulai pada
tahun 1930an, dan sejak awal tahun 1960an seluruh areal pertanaman jagung di
Amerika Serikat telah menggunakan benih hibrida.
Jagung hibrida di Indonesia mulai diteliti
pada tahun 1913, dan dilanjutkan pada tahun 1950an. Jagung hibrida yang digalakan pemerintah adalah jagung hibrida generasi pertama hasil
persilangan dua galur murni. Pemulia jagung memulai
perakitan jagung hibrida melalui persilangan galur atau plasmanutfah. Plasmanutfah sendiri memegang peranan yang sangat vital
karena berperan dalam menentukan ketersediaan tetua unggul. Tetua yang berasal
dari plasma nutfah superior dengan karakter agronomi ideal akan menghasilkan
galur yang memiliki daya gabung yang baik (Suwarno, B.W, Tanpa Tahun).
Langkah-langkah pembentukan galur unggul pada
dasarnya terdiri dari empat tahap, yaitu :
1. Pembentukan galur-galur murni yang
stabil, vigor tinggi.
2. Pengujian daya
gabung dan penampilan galur-galur murni tersebut.
3. Penggunaan galur-galur murni terpilih dalam pembentukan
hibrida yanglebih produktif.
4. Perbaikan daya hasil serta ketahanan terhadap hama dan
penyakit.
Adapun tahapan pembuatan benih jagung
hibrida sebagai berikut.
1 Pilih 2 jenis jagung yang
masing-masing memiliki sifat unggul. Misal jagung A memiliki sifat bertongkol
2, kecil, berumur panjang. Jagung B memiliki sifat
bertongkol 1, besar, berumur pendek.
2. Tanam kedua jenis jagung
tersebut dengan cara "1 baris jagung B dan 3/ 4/5 baris jagung A, kemudian
1 baris lagi jagung B dan di ikuti oleh 3/4/5 baris lagi jagung A begitu terus
sampai habis larikan di sawah dan diakhiri oleh baris jagung B.
Berikut adalah contoh perbandingan 1 : 3 ( B A
A A B A A A
B A A A B ).
3. Jika jagung mulai berbunga, cabutlah bunga atas jagung A sebelum bunga itu
mekar secara keseluruhan, jangan ada sisa dan biarkan bunga atas jagung B.
4. Jika jagung sudah tua dan siap
panen, maka panenlah terlebih dahulu jagung B dan beri wadah khusus, tujuannya
agar tidak tercampur. Kemudian jagung A dipanen seperti biasanya.
5. Rawat dengan baik jagung A dan
rontokkan bijinya, benih jagung yang siap ditanam lagi adalah jagung A yang
memiliki sifat bertongkol 2, besar, dan berumur pendek.
Pada
refrensi lain adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk mendapatkan jagung
hibrida sebagai berikut.
1.
Membuat galur silang dalam dengan mengadakan
penyerbukan sendiri secara terus menerus sehingga menjadi galur murni
2.
Menentukan galur yang bila disilangkan menimbulkan
keunggulan pada keturunannya.
3.
Dilakukan dengan
mencari kemampuan daya gabung khusus (species combining ability) yang tinggi
melalui silang di alel (dialel cross).
4.
Pasangan galur dipilih
diperbanyak untuk digunakan penghasil biji hibrida.
D. Keunggulan dan
Kekurangan Tanaman Varietas Hibrida
Secara garis besar peningkatan produktivitas tanaman seperti program
varietas unggul hibrida ini, umumnya merupakan tujuan peningkatan produktivitas
berpotensi menguntungkan secara ekonomi. Bagi petani, peningkatan produktivitas
ini diharapkan dapat menkonpensasi biaya produksi yang telah dikeluarkan.
Peningkatan produktivitas (daya hasil per satuan) diharapkan akan dapat
meningkatkan produksi secara nasional.
Program
varietas hibrida ini, umumnya dipilih karena telah teruji kualitasnya dan memiliki
daya tumbuh berstandar internasional. Benih hibrida memiliki vigor lebih baik dan
dapat menghasilkan tanaman dengan pertumbuhan dalam waktu panen yang lebih
seragam. Benih hibrida memiliki kemampuan untuk adaptasi luas baik itu dalam
hal iklim maupun kondisi tanah tertentu. Benih yang di proses masih diberikan
perlakuan pestisida sehingga sangat jelas bahwa benih tersebut terlindungi dari
hama dan tahan penyakit. Produktivitas benih hibrida bisa lebih tinggi
dibanding benih lokal produktivitas rendah bahkan mencapai dua kali lipat.
Adapun
kelebihan dan kekurangan pembuatan dan penggunaan tanaman varietas hibrida
sebagai berikut.
Kelebihan
|
Kekurangan
|
•
Produktivitas lebih tinggi
•
Sifat-sifatnya lebih unggul
•
Tanaman/buah/tongkol seragam
•
Lebih terjamin kualitasnya
•Lebih
tahan terhadap hama dan penyakit
|
•
Prosedur sulit
•
Biaya yang cukup mahal
•
Harga benih mahal
•
Waktu produksi benih lama
•
Kebutuhan pupuk tinggi
•
Penurunan produktivitas benih turunan hibrida sangat drastis
|
Dari berbagai keuntungan
diatas pengembangan varietas unggul hibrida di
Indonesia memiliki beberapa permasalahan dan kendala khususnya pada tanaman
padi. Menurut penelitian Satoto dan Suprihatno (2008), secara umum permasalahan
dalam pengembangan padi varietas unggul hibrida di Indonesia saat
ini,
antara lain :
(1)
produksi benih yang masih rendah di tingkat produsen
(2)varietas padi
hibrida yang telah dilepas umumnya rentan terhadap hama penyakit utama seperti wereng
coklat, hawar daun bakteri (HDB), dan virus tungro
(3)
benih F1 hybrid tidak
bisa disimpan untuk ditanam pada generasi berikutnya
(4)
beberapa varietas padi hibrida mempunyai mutu beras kurang baik
(5) keragaman hasil
yang tidak stabil yang disebabkan manajemen budidaya yang kurang cocok
(6)
ketersediaan benih murni tetua dan F1 hibrida kurang memadai
(7)
hasil belum stabil dan harga benih mahal
(8)
kebiasaan petani untuk menggunakan benih mereka sendiri
(9)
perencanaan yang kurang akurat
(10)kesepahaman
antara pihak pemerintah dan swasta untuk menyebarluaskan teknologi padi hibrida
kurang memadai.
(11)berdasarkan pengujian lapang, tidak
semua tempat bisa menghasilkan produksi tinggi
BAB III
A. Kesimpulan
Dalam rangka
peningkatan produktivitas bahan pangan khususnya dalam negeri. Pemerintah
menggalakkan program baru yaitu penggunaan benih varietas unggul hibrida.
Penggunaan benih hibrida lebih menguntungkan dan hasil tanamannya lebih
produktif.
Varietas hibrida adalah varietas yang dikembangkan dari hibrida f1
dan menggunakannya sebagai tanaman produksi. Varietas hibrida
merupakan generasi pertama (F1) hasil persilangan antara tetua berupa galur
inbrida atau varietas bersari bebas yang berbeda genotipe.
Program varietas unggul hibrida ini, berpotensi
memberikan keuntungan secara ekonomi. Peningkatan produktivitasnya diharapkan
dapat meningkatkan produksi secara nasional. Namun dalam pengembanganya di
Indonesia memiliki beberapa permasalahan. Maka perlu adanya peran lembaga-lembaga
penelitian sangat diperlukan untuk dapat menghasilkan benih varietas unggul
hibrida yang bermutu tinggi sehingga dapat dihasilkan varietas benih varietas
unggul hibrida yang sesuai dengan keinginan konsumen dalam hal ini adalah
petani.
DAFTAR PUSTAKA
Firohmatillah
A.R., Rita,N. 2012.Pengembangan Padi Varietas Unggul Hibrida. Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol 13 (1):29-45.
Suwardi.2009.Teknologi
Produksi dan Pasca Panen Benih Unggul Jagung Hibrida.Posiding Seminar Nasional
Seralia.Vol.7(2):307-312.
Syaiful, S.A., Nadira, S.S., Maryam,Y.2012.
Pertumbuhan dan Produksi Padi Hibrida pada Pemberian Pupuk Hayati dan Jumlah
Bibit Perlubang Tanam. Jurnal Agrivigor. Vol.11(2):202-213.
Dewanti,D.2014. Penggunaan Mandul
Jantan (Male Sterility) dalam Perakitan Padi Hibrida. Makalah Seminar Umum.
Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Suwarno,B.W.(Tanpa
Tahun).Perakitan Varietas Jagung
Hibrida.Institut Pertanian Bogor. Bogor.
M,A.T.,Sri,
S.,Made,J.M.(Tanpa Tahun). Pembentukan Varietas Jagung Hibrida. Balai
Penelitian Tanaman Serealia. Maros.
Langganan:
Postingan (Atom)