Selasa, 26 Mei 2015

UJI T INDEPENDEN

UJI T INDEPENDEN
Analisis komparatif adalah analisis yang memperbandingkan antara dua variabel atau lebih. Menganalisis yang membandingkan 2 variabel umumnya menggunakan uji t. Berdasarkan karekteristik dibagi menjadi 2 yaitu uji T berpasangan (dependen) dan uji t tidak berpasangan (independen).  Pada kelompok kami khusunya akan membahas uji T Independent.
Uji T independen dilakukan untuk melakukan pengujian pada dua variabel apabila sampel yang diuji adalah berbeda dan perlakuan yang diberikan juga berbeda. Independen maksudnya adalah bahwa populasi yang satu tidak dipengaruhi atau tidak berhubungan dengan populasi yang lain. Konsep dasar yang diterapkan dalam perhitungan uji t ini adalah dengan menggunakan nilai variance dari tiap-tiap kelompok sampel. Hal yang membedakan dengan paired test adalah adanya independensid dari kelompok sampel serta perlu dilakukannya uji homogenitas (keseragaman variance) untuk menentukan jenis uji yang nantinya akan digunakan. Sampel independen biasanya digunakan dalam penelitian yang menggunakan pendekatan penelitian survey.

Contoh Uji T Independen
Ibu Mardiyana mengajar di SMPN 1 Kamal tempatnya di kelas VII-A dan VII-B. Pada proses pembelajaran kelas VII-A diberikan modul sebagai media pembelajaran, sedangkan dikelas VII-B tidak diberikan Modul. 


Tahap pengujian Uji T-Independen:

Hipotesis pada uji T yaitu:
Ho =  Tidak terdapat perbedaan signifikan antara … dengan …
H1 =  Terdapat perbedaan signifikan antara … dengan …

Langkah-langkah menganalisis Uji T Independent dengan SPSS yaitu:
1.     Klik Analyze
2.     Pilih Compare means
3.     Piilih independent sample T test
Kemudian muncul kotak di bawah ini

4.        Memasukkan variable yang ingin diketahui perbedaannya pada test variable
5.        Masukkan sample pada grouping variable
6.        Klik define dan isikan grup 1 dengan angka 1 dan grup 2 dengan angka 2 lalu tekan continue.  Maka akan terlihat table berikut ini:
7.        Lalu tekan OK

Cara mengambil keputusan pada hipotesis menggunakan uji independen
1.     Dasar pengambilan keputusan 1:
 Bila nilai t hitung statistik < t tabel statistik maka Ho diterima
 Bila nilai t hitung statistik ≥ t tabel statistik maka H1 diterima
2.     Dasar pengambilan keputusan 2:
Bila nilai sig > 0.05 maka Ho diterima
Bila nilai sig ≤ 0.05 maka H1 diterima                       





Contoh jurnal yang menggunakan Uji T Independen             
Judul    : Perbandingan antara Pendapatan Rumah Tangga Petani di Subak Daerah Pariwisata dan Non Pariwisata
E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523 Vol. 2, No. 4, Oktober 2013
Oleh     :  Melita Isti Septiasari, I Ketut Surya Diarta, dan Ratna Komala Dewi

Hipotesis
H0  : Tidak terdapat berbedaan signifikan antara pendapatan rumah tangga petani pariwisata dan non pariwisata
H1 :  Terdapat perbedaan signifikan antara pendapatan rumah tangga petani pariwisata dan non pariwisata

Interpretasi output :
Sebelum menentukan adanya perbedaan yang signifikan atau tidak, tentukan data tersebut homogen atau tidak dengan melihat nilai sig atau t hitung pada  Lavene’s Test for Equality of Variances.  Berdasarkan table di atas nilai sig = 0,002, karena sig < 0,05 maka data tersebut tidak homogen.
Data tidak homogen maka nilai sig atau t hitung yang digunakan yaitu yang sejajar dengan Equal Variances not Assumed. t hitung = 4.003 dengan t tabel = 2,000 dan nilai sig = 0.000 dengan α = 0.05. karena t hitung > t tabel dan nilai   sig < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak. Jadi kesimpulannya yaitu terdapat perbedaan signifikan antara pendapatan rumah tangga petani pariwisata dan non pariwisata.

MEMBUAT TANAMAN HIBRIDA

[*]MEMBUAT TANAMAN HIBRIDA

Oleh :

Mega Sulfia (140321100016) dan Himma Hadzani Zulfa (140321100075)

BAB I

A.   Latar Belakang

Meningkatnya  jumlah penduduk di Indonesia merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh sektor pertanian khususnya bahan pangan karena besarnya jumlah penduduk berpengaruh langsung dengan penyediaan pangan seperti padi (beras), jagung, sayur-sayuran, buah-buahan, bahkan hewani. Pada tahun 2010, pemerintah menggalakkan aksi impor beras sebesar 171.442,02 ton guna memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Namun hal ini, akan memberikan dampak ketergantungan terhadap bahan pangan impor yang kemungkinan dapat menyebabkan rentannya ketahanan pangan dan aspek kehidupan termasuk sosial, ekonomi, dan politik.

Untuk mencegah hal tersebut, pemerintah membuat program guna meningkatkan produksi bahan pangan yaitu penggunaan benih varietas unggul hibrida. Penggunaan benih hibrida lebih menguntungkan dan menonjol dibandingkan dengan benih biasa. Dari segi pertumbuhannya benih hibrida dapat menghasilkan tanaman dengan pertumbuhan dan waktu panen yang seragam.

Selain itu benih hibrida dapat beradaptasi dengan keadaan lingkungannya seperti iklim maupun tanah serta tahan terhadap ancaman penyakit dan hama. Produktivitas benih hibrida juga lebih tinggi dari benih biasa. Hal ini erat kaitannya dengan sifat yang diturunkan benih hibrida tersebut sebagian besar lebih mengutamakan peningkatan produksi khususnya untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.

BAB II

A.   Pengertian Hibrida
Di dalam dunia pertanian sering kita menjumpai istilah hibrida, lalu apa pengertian hibrida sebenarnya? Hibrida adalah generasi keturunan pertama (f1) dari suatu persilangan tanaman yang berbeda secara genetik. Varietas hibrida adalah varietas yang dikembangkan dari hibrida f1 dan menggunakannya sebagai tanaman produksi. Dalam refrensi lain, Hibrida (hybrid) adalah individu hasil perkawinan secara alami atau sengaja antara dua jenis tumbuhan dalam satu famili, baik antar marga maupun antar jenis dalam satu marga sehingga memunculkan sifat-sifat unggul. Jadi benih hibrida merupakan benih hasil persilangan antara dua varietas tanaman sejenis yang berbeda sifat induknya untuk didapatkan sifat unggul dari masing-masing induknya.
 Misalnya Durian monthong memiliki sifat biji buah yang kecil, daging buah yang tebal, dan bau yang tidak menyengat. Sedangkan durian biasa memiliki biji buah yang besar, daging buah yang tipis, dan bau yang menyengat. Hal ini dapat menjadi buah durian yang unggul apabila kedua sifat buah unggul tersebut digabungkan atau disilangkan. Sehingga menghasilkan buah durian unggul yang banyak digemari masyarakat.
Proses untuk mendapatkan varietas unggul dari dua varietas tanaman yang sejenis yang berbeda sifat induknya tersebut sangatlah panjang, bahkan sering kali dijumpai dengan kegagalan. Diantaranya proses purity (kemurnian), kemampuan adaptasi tumbuh, dan pengujian multilokasi. Proses yang panjang ini membutuhkan biaya yang besar sehingga wajar apabila harga benihnya lebih mahal dari pada benih lokal produktivitas rendah maupun komposit.
B.   Mekanisme Pembentukan Hibrida
Varietas hibrida merupakan generasi pertama (F1) hasil persilangan antara tetua berupa galur inbrida atau varietas bersari bebas yang berbeda genotipe. Hal yang perlu dilakukan dalam pemuliaan varietas hibrida adalah pembuatan galur inbrida, yakni galur tetua yang homozigot melalui silang dalam (inbreeding) pada tanaman menyerbuk silang. Dalam pembuatan varietas hibrida dua galur yang homozigot disilangkan dan diperoleh generasi F1 yang heterozigot, kemudian ditanam sebagai varietas hibrida.

Terdapat tiga langkah dalam pembentukan varietas hibrida:
1. Membentuk galur inbrida, secara normal dengan melakukan beberapa generasi silang dalam (inbreeding) pada spesies tanaman menyerbuk silang.    
2. Penilaian galur inbreeding berdasarkan uji daya gabung umum dan daya gabung khusus untuk menentukan kombinasi-kombinasi varietas hibrida.
3. Menyilangkan pasangan galur murni yang tidak berkerabat untuk membentuk varietas hibrida F1.

Galur  murni   dihasilkan   dari   penyerbukan   sendiri   hingga   diperoleh tanaman  yang  homozigot. Galur murni dapat terjadi apabila persilangan dalam suatu galur antara 2 individu menghasilkan keturunan dengan penampilan standar yang sama dengan tetuanya. Dengan penyerbukan sendiri, terjadi segregasi, penurunan vigor, kemampuan tumbuh dan berproduksi. Selain mengalami penurunan vigor individu tanaman yang diserbuk sendiri menampakkan berbagai kekurangan, seperti tanaman bertambah pendek, cenderung rebah, peka terhadap penyakit, dan bermacam-macam karakter lain yang tidak diinginkan. Munculnya fenomena-fenomena tersebut dikenal dengan istilah depresi silang dalam atau inbreeding depression (Suwardi, 2009).

Tujuan penyerbukan sendiri adalah untuk mengatur karakter-karakter yang diinginkan dalam kondisi homozigot sehingga genotipe tersebut dapat dipelihara tanpa perubahan genetik. Karakteristik  yang  diinginkan  dari  galur  murni, seperti batang yang kuat dan ketahanan terhadap penyakit,  diwariskan kepada progeni  hibrida  ketika  galur-galur  murni  tersebut  disilangkan.

Macam-macam pembentukan hibrida yang sudah digunakan secara komersil, yaitu hibrida silang tunggal (single cross hybrid), hibrida silang ganda (double cross hybrid), dan hibrida silang tiga (three-way cross hybrid).
1.   Hibrida silang tunggal (single cross hybrid)
Hibrida silang tunggal adalah hibrida dari persilangan antara dua galur murni yang tidak berhubungan satu sama lain. Silang tunggal yang superior mendapatkan kembali vigor dan produktivitas  yang  hilang  saat  penyerbukan  sendiri serta akan  lebih  vigor  dan produktif dibandingkan dengan tetuanya. Disamping  memiliki  hasil  yang  tinggi,  hibrida  silang  tunggal  lebih seragam dan produksi benihnya relatif lebih mudah dibandingkan dengan hibrida silang tiga galur dan silang  ganda. 
2.   Hibrida silang ganda (double cross hybrid)
Hibrida silang ganda adalah progeni hibrida dari persilangan antara dua silang tunggal.  Silang ganda melibatkan empat galur murni yang tidak berhubungan satu sama lain.  Pasangan galur murni disilangkan sehingga membentuk dua silang tunggal, kemudian disilangkan untuk menghasilkan silang ganda.  Hibrida silang ganda yang dihasilkan dari galur murni A, B, C, dan D dapat ditulis sebagai (A x B) x (C x D).
3.   Hibrida silang tiga (three-way cross hybrid)
Hibrida silang tiga adalah hibrida dari persilangan antara silang tunggal dengan satu galur murni. ketiga galur murni tidak berhubungan sehingga lebih berbeda secara genetik dan penampilannya lebih beragam. Hibrida silang tiga yang dihasilkan dari galur murni A, B, dan C dapat ditulis sebagai (A x B) x C. 

C.   Pembuatan Benih Hibrida

Pembuatan benih hibrida secara konvensional di kelompokan menjadi dua diantaranya sebagai berikut.
1.   Cross Pollinated Crop
Tahapannya :
Ø  Kastrasi/Detasseling
Ø   Pollinasi buatan
Ø   Isolasi bunga betina
Ø   Isolasi jarak dan waktu tanam
Ø   Sinkronisasi pembungaan
2.   Self Pollinated Crop
Tahapannya :
Ø  Kastrasi dan emaskulasi
Ø  Isolasi bunga betina
Ø  Polinasi (penyerbukan buatan)
Ø  Pemeliharaan
Ø  Panen dan penanganan benih F1
v Pembuatan Benih Hibrida secara umum sebagai berikut.
Ø  Semai                          
Ø  Persiapan Tanam
Ø  Tanam
Ø  Training
Ø  Polinasi
Ø  Cek Hasil Polinasi
Ø  Panen
Ø  Curing
Ø  Ekstrak
Ø  Cuci
Ø  Drying
Ø  Quality Control
Ø  Processing
Ø  Sample Seed
Ø  Purity Test
Pembuatan benih hibrida secara non-konvensional yaitu sebagai berikut.
1.     Self Pollinated Crop
Ø  Cytoplasmic Genetic Male Sterility disebabkan oleh interaksi antara faktor genetik yang ada di sitoplasma dan inti
Ø   Environment-Sensitive Genetic MS penampilan sterilitas ditentukan oleh faktor lingkungan (PGMS, TGMS)
Ø   Chemically-Induced Male Sterility non-genetic method, dengan menggunakan Chemical Hybridizing Agents (CHA) atau gametocides (ethrel, Monosodium Methyl Arsenate,Sodium Methyl Arsenate).

v Pembuatan Benih Hibrida Pada Jagung

Tanaman jagung mempunyai komposisi genetik yang sangat dinamis karena cara penyerbukan bunganya menyilang. Shull (1908) yang pertama kali menemukan bahwa silangan sendiri tanaman jagung mengakibatkan terjadinya depresi inbreeding dan silangan dua tetua yang homozigot menghasilkan F1 yang sangat vigor. Jones (1918) melanjutkan penelitian tentang adanya gejala lebih vigor tanaman F1 jagung tersebut yang selanjutnya memanfaatkannya pada bentuk varietas hibrida tanaman jagung. Pemanfaatan varietas jagung hibrida di Amerika Serikat dimulai pada tahun 1930an, dan sejak awal tahun 1960an seluruh areal pertanaman jagung di Amerika Serikat telah menggunakan benih hibrida.

 Jagung hibrida di Indonesia mulai diteliti pada tahun 1913, dan dilanjutkan pada tahun 1950an. Jagung hibrida yang digalakan pemerintah adalah jagung hibrida generasi pertama hasil persilangan dua galur murni. Pemulia jagung memulai perakitan jagung hibrida melalui persilangan galur atau plasmanutfah. Plasmanutfah sendiri memegang peranan yang sangat vital karena berperan dalam menentukan ketersediaan tetua unggul. Tetua yang berasal dari plasma nutfah superior dengan karakter agronomi ideal akan menghasilkan galur yang memiliki daya gabung yang baik (Suwarno, B.W, Tanpa Tahun).
Langkah-langkah pembentukan galur unggul pada dasarnya terdiri dari empat tahap, yaitu :
1.  Pembentukan galur-galur murni yang stabil, vigor  tinggi.
2.  Pengujian  daya  gabung  dan  penampilan galur-galur  murni tersebut.
3.  Penggunaan galur-galur murni terpilih dalam pembentukan hibrida yanglebih produktif.
4.  Perbaikan daya hasil serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. 

Adapun tahapan pembuatan benih jagung hibrida sebagai berikut.
Pilih 2 jenis jagung yang masing-masing memiliki sifat unggul. Misal jagung A memiliki sifat bertongkol 2, kecil, berumur panjang. Jagung B memiliki sifat bertongkol 1, besar, berumur pendek.
2. Tanam kedua jenis jagung tersebut dengan cara "1 baris jagung B dan 3/ 4/5 baris jagung A, kemudian 1 baris lagi jagung B dan di ikuti oleh 3/4/5 baris lagi jagung A begitu terus sampai habis larikan di sawah dan diakhiri oleh baris jagung B. Berikut adalah contoh perbandingan 1 : 3  ( B    A    A   A   B   A  A   A   B   A    A    A    B ).
3.  Jika jagung mulai berbunga, cabutlah bunga atas jagung A sebelum bunga itu mekar secara keseluruhan, jangan ada sisa dan biarkan bunga atas jagung B.
4.  Jika jagung sudah tua dan siap panen, maka panenlah terlebih dahulu jagung B dan beri wadah khusus, tujuannya agar tidak tercampur. Kemudian jagung A dipanen seperti biasanya.
5.  Rawat dengan baik jagung A dan rontokkan bijinya, benih jagung yang siap ditanam lagi adalah jagung A yang memiliki sifat bertongkol 2, besar, dan berumur pendek.

Pada refrensi lain adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk mendapatkan jagung hibrida sebagai berikut.
1.    Membuat galur silang dalam dengan mengadakan penyerbukan sendiri secara terus menerus sehingga menjadi galur murni
2.    Menentukan galur yang bila disilangkan menimbulkan keunggulan pada keturunannya.
3.   Dilakukan dengan mencari kemampuan daya gabung khusus (species combining ability) yang tinggi melalui silang di alel (dialel cross).
4.   Pasangan galur dipilih diperbanyak untuk digunakan penghasil biji hibrida.

D.  Keunggulan dan Kekurangan Tanaman Varietas Hibrida
Secara garis besar peningkatan produktivitas tanaman seperti program varietas unggul hibrida ini, umumnya merupakan tujuan peningkatan produktivitas berpotensi menguntungkan secara ekonomi. Bagi petani, peningkatan produktivitas ini diharapkan dapat menkonpensasi biaya produksi yang telah dikeluarkan. Peningkatan produktivitas (daya hasil per satuan) diharapkan akan dapat meningkatkan produksi secara nasional.
Program varietas hibrida ini, umumnya dipilih karena telah teruji kualitasnya dan memiliki daya tumbuh berstandar internasional. Benih hibrida memiliki vigor lebih baik dan dapat menghasilkan tanaman dengan pertumbuhan dalam waktu panen yang lebih seragam. Benih hibrida memiliki kemampuan untuk adaptasi luas baik itu dalam hal iklim maupun kondisi tanah tertentu. Benih yang di proses masih diberikan perlakuan pestisida sehingga sangat jelas bahwa benih tersebut terlindungi dari hama dan tahan penyakit. Produktivitas benih hibrida bisa lebih tinggi dibanding benih lokal produktivitas rendah bahkan mencapai dua kali lipat.
Adapun kelebihan dan kekurangan pembuatan dan penggunaan tanaman varietas hibrida sebagai berikut.
Kelebihan
Kekurangan
• Produktivitas lebih tinggi
• Sifat-sifatnya lebih unggul
• Tanaman/buah/tongkol seragam
• Lebih terjamin kualitasnya
•Lebih tahan terhadap hama dan penyakit

• Prosedur sulit
• Biaya yang cukup mahal
• Harga benih mahal
• Waktu produksi benih lama
• Kebutuhan pupuk tinggi
• Penurunan produktivitas benih turunan hibrida sangat drastis

Dari berbagai keuntungan diatas pengembangan varietas unggul hibrida di Indonesia memiliki beberapa permasalahan dan kendala khususnya pada tanaman padi. Menurut penelitian Satoto dan Suprihatno (2008), secara umum permasalahan dalam pengembangan padi varietas unggul hibrida di Indonesia saat
ini, antara lain :
(1) produksi benih yang masih rendah di tingkat produsen
(2)varietas padi hibrida yang telah dilepas umumnya rentan terhadap hama penyakit utama seperti wereng coklat, hawar daun bakteri (HDB), dan virus tungro
(3) benih F1 hybrid tidak bisa disimpan untuk ditanam pada generasi berikutnya
(4) beberapa varietas padi hibrida mempunyai mutu beras kurang baik
(5) keragaman hasil yang tidak stabil yang disebabkan manajemen budidaya yang kurang cocok
(6) ketersediaan benih murni tetua dan F1 hibrida kurang memadai
(7) hasil belum stabil dan harga benih mahal
(8) kebiasaan petani untuk menggunakan benih mereka sendiri
(9) perencanaan yang kurang akurat
(10)kesepahaman antara pihak pemerintah dan swasta untuk menyebarluaskan teknologi padi hibrida kurang memadai.
(11)berdasarkan pengujian lapang, tidak semua tempat bisa menghasilkan produksi tinggi
BAB III
A.  Kesimpulan
Dalam rangka peningkatan produktivitas bahan pangan khususnya dalam negeri. Pemerintah menggalakkan program baru yaitu penggunaan benih varietas unggul hibrida. Penggunaan benih hibrida lebih menguntungkan dan hasil tanamannya lebih produktif. Varietas hibrida adalah varietas yang dikembangkan dari hibrida f1 dan menggunakannya sebagai tanaman produksi. Varietas hibrida merupakan generasi pertama (F1) hasil persilangan antara tetua berupa galur inbrida atau varietas bersari bebas yang berbeda genotipe.
Program varietas unggul hibrida ini, berpotensi memberikan keuntungan secara ekonomi. Peningkatan produktivitasnya diharapkan dapat meningkatkan produksi secara nasional. Namun dalam pengembanganya di Indonesia memiliki beberapa permasalahan. Maka perlu adanya peran lembaga-lembaga penelitian sangat diperlukan untuk dapat menghasilkan benih varietas unggul hibrida yang bermutu tinggi sehingga dapat dihasilkan varietas benih varietas unggul hibrida yang sesuai dengan keinginan konsumen dalam hal ini adalah petani.

DAFTAR PUSTAKA

Firohmatillah A.R., Rita,N. 2012.Pengembangan Padi Varietas Unggul Hibrida. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol 13 (1):29-45.
Suwardi.2009.Teknologi Produksi dan Pasca Panen Benih Unggul Jagung Hibrida.Posiding Seminar Nasional Seralia.Vol.7(2):307-312.
Syaiful, S.A., Nadira, S.S., Maryam,Y.2012. Pertumbuhan dan Produksi Padi Hibrida pada Pemberian Pupuk Hayati dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam. Jurnal Agrivigor. Vol.11(2):202-213.
Dewanti,D.2014. Penggunaan Mandul Jantan (Male Sterility) dalam Perakitan Padi Hibrida. Makalah Seminar Umum. Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Suwarno,B.W.(Tanpa Tahun).Perakitan Varietas Jagung Hibrida.Institut Pertanian Bogor. Bogor.
M,A.T.,Sri, S.,Made,J.M.(Tanpa Tahun). Pembentukan Varietas Jagung Hibrida. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.










[*] Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas dalam menempuh mata kuliah Pengantar Agronomi.